Tidak Banyak cerita mudik yang
bisa aku ceritakan, karena aku memang gak pernah mudik di keluargaku, walau
sebenarnya orang tuaku berasal dari jawa tengah, terakhir aku mudik sekitar
umur 8 atau 9 tahun, pokoknya saat itu badanku masing kecil sekali, seingat aku
keadaan kereta masih amburadul, ada yang naik kereta diatas gerbong, naiknya
tidak sesaui tiket dan yang membuat aku trauma pulang kampung adalah aku
dimasukan kekereta lewat jendela karena saking desak-desakanya dan aku sempat
terinjak oleh penumpang yang lainnya.
Mual, tak bisa bernafas karena
sempit itu yang kurasakan, semenjak itu aku lebih memilih, dirumah saja walau
ibu bapakku pulang kampung, jika ada yang bertanya kepadaku
“Norma punya kampung?”.
"Punya!" jawabku
Mereka bertanya lagi, “ Kok gak
ikut mudik?”.
“Egak, kasian Emas Monas gak ada
yang jagain, klo dicuri gimana?” wkwkwkkwkwk
Aku jawab ngawur seperti itu,
Padahal aku trauma dengan suasana yang kurang kondusif saat-saat mudik lebaran.
Bisa dihitung dari SD sampai aku lulus kuliah aku tidak pernah ikut pulang
kampung. Dan saat menikah, mau tiadk mau aku harus mengenal keluarga suami
di Banyuwangi. Inilah kali pertama aku pulang kampung nyaitu tahun lalu 2018.
Tapi kali ini aku tidak naik kereta tapi naik pesawat , karena aku pulang kampung hanya bertiga, aku, mama
mertua dan anakku yang baru berusia 8 Bulan, Sedangkan suamiku menyusul
kemudian.
Apakah semuanya aman terkendali? Jawabnya
tidak, walau naik pesawat yang perjalanan hanya 1 jam 45 menit ke banyuwangi,
cukup membuat aku tetep males pulang kampung. Bagaimana tidak tempat duduk
pesawat yang seperti itu membuat Baby dim tidak nyaman, alhasil dia
loncat-loncatan di pahaku, dan saat bosan, dia menangis sekencang-kencangnya,
sampai membuat penumpang yang lain menoleh.
Baby dim typical bayi yang
hyperaktif, dia tidak suka diam seperti bayi-bayi lain, tengok sana, tengok
sini, getok sana getok sini, sampai-sampai penumpang dikursi depanku, rambutnya
ditarik dari sela-sela kursi. Aduh,,, pusing Aing….. karena mengikuti gerakan
Baby dim yang kesana kemari, kepalaku pusing, perut mual, mata kunang-kunang.
Ya belum sampai situ, Setelah sampai, aku harus dihadapkan, membawa
barang-barang banyak sambil gendong Baby dim yang cukup bohay itu.
Peralatan untuk baby dim cukup
banyak, dari pampers, baju, termos, tempat susu, tempat makan dan sebagainya,
belum peralatan lenong, bundanya dan eyanknya. Huft… Alhasil aku mengeluh pada
suamiku dan mengatakan, aku tidak mau mudik lagi, kalaupun harus mudik, harus didampingi suamiku, karena aku tak sanggup sendiri.
Dan ya…itu cerita mudikku tahun lalu,
rasa-rasanya tahun ini permintaanku pada suami dikabulkan, kami tidak perlu
mudik, kita jalan-jalan saja ketempat-tempat yang seru di wilayah Tangerang dan
sekitarnya. YEyy…
Referensi : http://www.gambaranimasi.org/cat-anak-545.htm
Referensi : http://www.gambaranimasi.org/cat-anak-545.htm
Saya pernah ngerasain ribetnya bawa anak-anak kecil traveling pake pesawat mbak :") sampe saya ikutan nangis saking stress nya huhu
BalasHapusLuar biasa perjuangannya ya mbak. Mbawa anak baby, bawa tentengan, bawa Ortu lagi. Ampun deh. Moga entar kalau anak-anak udah sekolah atau udah remaja baru deh seru mudiknya, karena anaknya udah bisa disuruh-suruh.hehehe
BalasHapus